Jumat, 04 Maret 2011

Mariage



Adalah wajar kalo orang tua menginginkan anak-anaknya seperti yang diharapkan. Tetapi kadang angan tak sesuai kenyataan. Menurut Orangtua patokan bibit bebet bobot udah ga diperhitungkan lagi sama anak jaman sekarang, yang penting saling sayang, saling cinta, satu misi dan pandangan. Ga peduli kawin sama janda/duda, ga peduli lebih muda/tua. Titik. Ga pake Koma. Sementara orangtua berpikiran panjang (dibacalah sederet fakta-fakta dari keluarga terdekat kegagalan rumah tangga karena tidak mengindahkan yang namanya bibit bebet bobot). 

Perbedaan pendapat ini menjadi ketegangan. Hubungan yang tadinya harmonis berubah menjadi kaku dan penuh basa basi. Tapi yang namanya masalah tetap aja mesti diselesaikan. 

Finally.....ijin merit keluar juga,meskipun dengan pengorbanan dan airmata  coz ini adalah pernikahan yang menyatukan dua pasangan yang masing-masing udah punya buntut panjaaaaaaaang bangeeeeeet maksudnya masing-masing bawa anak gitu (itu salah satu kekhawatiran ortu rupanya).

Kadang aku merenung sendiri, kenapa sih orang mau niat baik ko susah banget. Menikah kan ibadah. Apa status dan latar belakang seseorang menentukan langgeng atau tidaknya sebuah pernikahan? Keputusan menikah kan juga salah satu cara menghindari perzinahan. Toh mereka sama-sama sendiri, bukan komunitas CUMI alias cuma minjem suami/istri orang? (jujur aja aku anti poligami, maaf ya). Dan aku yakin sebelum memutuskan menikah, pasti sudah ada sebuah commitment yang mereka buat, kalopun terjadi hal-hal yang ga enak nantinya, mereka sadar kok itulah konsekuensinya.

Semoga saja semua berjalan lancar pada waktunya, to my beloved sista....semoga ini menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.